Respon
Internasional terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia
Negara Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sebagai
sebuah negara merdeka, namun perlu pengakuan lain dari beberapa negara
untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Untuk mewujudkannya, maka pemerintah
Indonesia mulai meminta dukungan dari beberapa negara untuk mengakui kedaulatan
Indonesia. Tugas itu terkendala karena berbagai upaya Belanda
untuk menutup segala kemungkinan bagi RI mendapatkan pengakuan internasional
Bagaimana respon dunia internasional dahulu terhadap
proklamasi kemerdekaan Indonesia?
Terdapat berbagai tanggapan internasional ada yang
positif maupun negatif :
1. Pengakuan
India
Dalam perjuangan diplomasi, India
berada di pihak Indonesia dalam berbagai forum internasional yang menyangkut
masalah Indonesia-Belanda. Kedekatan hubungan perdagangan internasional.
Kedekatan emosional di antara keduanya di abad XX diwujudkan dalam upaya kedua
negara yang saling untuk dalam upaya membebaskan negaranya dari penjajahan. Secara
politik kontak pertama tokoh pergerakan kedua negara terjalin pada Kongres
Internasional menentang Kolonialisme di Brussel 1926 dan 1927.
Kala itu, Hatta berjumpa Nehru.
Hubungan tersebut terus berlanjut hingga masa revolusi. India secara masif
muncul sebagai sahabat terdepan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Kedua negara, sama-sama berjuang menghadapi imperialisme Belanda dan Inggris.
Dukungan kedua negara bisa terjalin baik karena keduanya memiliki pandangan
politik serupa. Setelah merdeka, Indonesia mengirim bantuan ke India berupa
beras sebanyak 500.000 ton. Bantuan tersebut diberikan lantaran India mengalami
krisis. India membalas bantuan tersebut dengan mengadakan Konferensi New Delhi
pada 20-25 Januari 1949
Respon
Mesir
Mesir merupakan salah satu bagian
sekutu yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan mereka menggalang dukungan
dengan liga Arab untuk menerima kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 22 Maret
1946, Mesir secara de facto mengakui kedaulatan Indonesia. Mesir juga
meyakinkan Irak, Kerajaan Arab dan Suriah untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 10 Juni 1947, Mesir secara de jure mengakui kedaulatan Indonesia
dan Indonesia membuka kedutaan besar di Kairo.
Al-Ikhwan Al-Muslimin yaitu
organisasi yang diketuai oleh Syaikh Hasan Al-Banna, secara terus menerus
memberikan dukungannya terhadap Indonesia. Beliau mendukung dan memberikan
kesempatan untuk beropini lewat pemberitaan media kepada mahasiswa Indonesia
untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran lokal miliknya. Selain itu
juga melalui tabligh akbar dan demonstrasi.
Selain itu negara Liga Arab juga memiliki
peran penting dalam pengakuan kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 18 November
1946, Dewan Liga Arab mengajak negara-negara anggota Liga Arab untuk mengakui
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Mereka memberikan dukungan
kepada Indonesia karena beberapa alasan yaitu alasan keagamaan, kekerabatan dan
kekeluargaan
1. Pengakuan
Palestina
Pengakuan Palestina terhadap
kemerdekaan Indonesia bahkan telah dilakukan
secara de facto sejak tahun 1944 yang bertepatan dengan dikeluarkannya janji
manis untuk memberikan kemerdekaan terhadap Indonesia oleh Perdana Menteri
Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso. Mufti Besar Palestina Sayyid Muhammad Amin Al
Husaini myang merupakan tokoh yang mewakili Palestina dalam memberikan
pengakuan kemerdekaan Indonesia dengan memberikan ucapan selamat dan
menyebarluaskan berita kemerdekaan tersebut ke seluruh dunia. Pengakuan
kemerdekaan dari Palestina ini kemudian diikuti oleh Muhammad Abdul Mun'im,
Konsul Jenderal Mesir di Mumbai, India yang mewakili Mesir dengan melakukan
kunjungan ke ibukota RI di Yogyakarta pada tanggal 16 Maret 1947.
Penolakan
Belanda
Belanda berkali-kali menolak
kemerdekaan RI. Mereka bahkan melakukan
aksi polisionil untuk merebut kembali wilayah Indonesia pada Agresi Militer I
(1947) dan Agresi Militer II (1948).Berkali-kali clash, berkali-kali pula
berlangsung perundingan,mulai Perjanjian Linggarjati (1946), Perjanjian
Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949), hingga Konferensi Meja Bundar
(1949).
Pihak Belanda berkali-kali melakukan
aksi polisionil dengan alasan ingin menertibkan kondisi keamanan Hindia Belanda
dari para pemberontak. Maka tak heran Belanda kembali datang untuk alih-alih
“menertibkan”.
Belanda baru mengakui kedaulatan RI
berkat resolusi Konferensi Meja Bundar pada 1949. Meski begitu, hasil
kesepakatan KMB pun membagi wilayah Indonesia ke bentuk federasi, Republik
Indonesia Serikat. RIS lantas dinyatakan berakhir pada tahun 1950.