Selasa, 21 Juli 2020

Resume Respon Internasional terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia

jayalah INDONESIA ku by Firnadi

Respon Internasional terhadap Kemerdekaan Republik Indonesia

Negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sebagai sebuah negara merdeka, namun perlu pengakuan lain dari beberapa negara untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Untuk mewujudkannya, maka pemerintah Indonesia mulai meminta dukungan dari beberapa negara untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Tugas itu terkendala karena berbagai upaya Belanda untuk menutup segala kemungkinan bagi RI mendapatkan pengakuan internasional

Bagaimana respon dunia internasional dahulu terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia?

Terdapat berbagai tanggapan internasional ada yang positif maupun negatif :

1.    Pengakuan India

Dalam perjuangan diplomasi, India berada di pihak Indonesia dalam berbagai forum internasional yang menyangkut masalah Indonesia-Belanda. Kedekatan hubungan perdagangan internasional. Kedekatan emosional di antara keduanya di abad XX diwujudkan dalam upaya kedua negara yang saling untuk dalam upaya membebaskan negaranya dari penjajahan. Secara politik kontak pertama tokoh pergerakan kedua negara terjalin pada Kongres Internasional menentang Kolonialisme di Brussel 1926 dan 1927.

Kala itu, Hatta berjumpa Nehru. Hubungan tersebut terus berlanjut hingga masa revolusi. India secara masif muncul sebagai sahabat terdepan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kedua negara, sama-sama berjuang menghadapi imperialisme Belanda dan Inggris. Dukungan kedua negara bisa terjalin baik karena keduanya memiliki pandangan politik serupa. Setelah merdeka, Indonesia mengirim bantuan ke India berupa beras sebanyak 500.000 ton. Bantuan tersebut diberikan lantaran India mengalami krisis. India membalas bantuan tersebut dengan mengadakan Konferensi New Delhi pada 20-25 Januari 1949


  Respon Mesir

Mesir merupakan salah satu bagian sekutu yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan mereka menggalang dukungan dengan liga Arab untuk menerima kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 22 Maret 1946, Mesir secara de facto mengakui kedaulatan Indonesia. Mesir juga meyakinkan Irak, Kerajaan Arab dan Suriah untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 10 Juni 1947, Mesir secara de jure mengakui kedaulatan Indonesia dan Indonesia membuka kedutaan besar di Kairo.

Al-Ikhwan Al-Muslimin yaitu organisasi yang diketuai oleh Syaikh Hasan Al-Banna, secara terus menerus memberikan dukungannya terhadap Indonesia. Beliau mendukung dan memberikan kesempatan untuk beropini lewat pemberitaan media kepada mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran lokal miliknya. Selain itu juga melalui tabligh akbar dan demonstrasi.

Selain itu negara Liga Arab juga memiliki peran penting dalam pengakuan kedaulatan Indonesia.      Pada tanggal 18 November 1946, Dewan Liga Arab mengajak negara-negara anggota Liga Arab    untuk mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Mereka memberikan dukungan kepada Indonesia karena beberapa alasan yaitu alasan keagamaan, kekerabatan dan kekeluargaan


1.     Pengakuan Palestina

Pengakuan Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia bahkan telah dilakukan secara de facto sejak tahun 1944 yang bertepatan dengan dikeluarkannya janji manis untuk memberikan kemerdekaan terhadap Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso. Mufti Besar Palestina Sayyid Muhammad Amin Al Husaini myang merupakan tokoh yang mewakili Palestina dalam memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia dengan memberikan ucapan selamat dan menyebarluaskan berita kemerdekaan tersebut ke seluruh dunia. Pengakuan kemerdekaan dari Palestina ini kemudian diikuti oleh Muhammad Abdul Mun'im, Konsul Jenderal Mesir di Mumbai, India yang mewakili Mesir dengan melakukan kunjungan ke ibukota RI di Yogyakarta pada tanggal 16 Maret 1947.


Penolakan Belanda

Belanda berkali-kali menolak kemerdekaan RI. Mereka bahkan melakukan aksi polisionil untuk merebut kembali wilayah Indonesia pada Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948).Berkali-kali clash, berkali-kali pula berlangsung perundingan,mulai Perjanjian Linggarjati (1946), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949), hingga Konferensi Meja Bundar (1949).

Pihak Belanda berkali-kali melakukan aksi polisionil dengan alasan ingin menertibkan kondisi keamanan Hindia Belanda dari para pemberontak. Maka tak heran Belanda kembali datang untuk alih-alih “menertibkan”.

Belanda baru mengakui kedaulatan RI berkat resolusi Konferensi Meja Bundar pada 1949. Meski begitu, hasil kesepakatan KMB pun membagi wilayah Indonesia ke bentuk federasi, Republik Indonesia Serikat. RIS lantas dinyatakan berakhir pada tahun 1950.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo 2020, sudah mau setahun berlalu ya.

  Dirumah bisa apa?   Kalimat itu terus menghantui dari bulan maret tahun lalu, segala libur hanya diprediksikan selama 2 minggu ternyat...